31 October 2011

لا تسألوني


لا تسألوني عن حياتي فهي أسرار الحياة هي منحة .. هي محنة هي عالم من أمنيات قد بعتها لله ثم مضيت في ركب الهداة أما طريقي فهو قرآن .. وسيف .. وابتلاء الله باركه وسار عليه قبلي الأنبياء و مواكب الشهداء روته بأنهار الدماء فإذا به روض ذكي في إطار من ضياء أما مصيري فهو مايرضي الإله وما يريد الفوز بالنصر المبين أو الشهادة والخلود فإذا وجدت على الثرى والعمر محدود الحدود فكن البطولة والهداية أو فيا بئس الوجود
terjemahan: jangan tanyakan aku tentang hidupku ia adalah sebuah rahsia kehidupan ia adalah anugerah.. ia adalah ujian ia adalah dunia yang penuh dengan cita-cita aku telah menjualkannya kepada Allah kemudian aku berjalan dalam barisan para pembawa petunjuk dan jalan hidupku adalah al-Qur’an, pedang, dan ujian.. Allah telah memberkatinya dan para nabi terdahulu telah melaluinya para syuhada’ telah menyirami jalan ini dengan darah mereka maka jadilah ia taman indah yang dikelilingi cahaya sedangkan penghujung perjalananku adalah apa yang meredhakan Allah dan apa yang diinginkanNya keuntungan dengan kemenangan nyata atau kesyahidan dan keabadian jika engkau telah berada di muka bumi dan engkau tahu umurmu terbatas maka jadilah pahlawan dan pembawa petunjuk jika tidak alangkah buruknya kewujudanmu

20 October 2011

~Qalam Tersirat~

Jika dugaan itu sepanjang sungai,
maka seharusnya kesabaran itu seluas samudera.

Jika harapan seluas hamparan,
maka seharusnya ikhtiar itu seluas langit.

Jika pengorbanan sebesar bumi,
maka seharusnya keikhlasan itu seluas jagat raya.

Walau jasad merasakan lelah, penat dan sakit,
ketahuilah jalan menuju syurga masihlah panjang.

Jangan pernah lupa bahawa ALLAh, selalu ada untuk kita.
Jadi mengapa mesti berputus asa, jika kita masih ada ALLAh Ta'ala? :

19 October 2011

Sayyidah Fathimah as, Penghulu Wanita Dunia..


Alam semesta adalah manifestasi keberadaan Allah swt. Dengan kekuasaan-Nya, Allah menciptakan alam semesta ini. Namun, adakalanya karunia Tuhan dikhususkan kepada salah seorang makhluk. Salah satunya adalah keberadaan Fathimah sebagai manifestasi Tuhan di muka bumi dan ufuk ketauhidan.
Rasulullah Saww bersabda, "Fathimah adalah bagian dari darah dagingku. Ia adalah cahaya mataku, buah hatiku, ruh dan jiwaku. Fathimah adalah malaikat berbentuk manusia yang senantiasa beribadah. Allah swt berfirman kepada para malaikat, "Lihatlah hamba terbaik-Ku, Fathimah. Ia berdiri dihadapanku dengan penuh ketakutan, seluruh tubuhnya gemetar dan ia beribadah dengan ketulusan hati."
Siti Khadijah sibuk dengan belahan jiwanya. Dengan izin Allah, janin suci tumbuh dirahimnya. Ia adalah teman paling akrab bagi Khadijah. Di setiap detak jantungnya, Khadijah senantiasa berbicara dengan anaknya mengenai Rasulullah saww dan kesulitan yang dihadapi manusia agung ini dalam menjalankan risalah ilahi. Khadijah berkata, "Apakah bayi ini bisa menentramkan hati Rasulullah yang terkoyak, dan mendukungnya menghadapi musuh?
Waktu yang ditunggu telah tiba. Di saat-saat sulit itu, tidak ada seorangpun yang membantu Khadijah. Ia seorang diri menahan sakit. Tiba-tiba, ia merasakan dirinya menjadi orang yang paling menentukan bagi nasib seorang perempuan terbesar dalam sejarah keimanan dan ketauhidan di dunia.
Di tengah kesendiriannya, Khadijah didatangani tiga wanita agung, yaitu Siti Hajar, Siti Asiah dan Siti Maryam. Siti Khadijah merasakan kehadiran mereka di sekitarnya. Menakjubkan!. Para wanita mulia ini datang untuk membantunya. Beberapa saat kemudian, bayi putri ini lahir di tengah budaya patriarki yang menilai segala sesuatu di dunia dari kacamata laki-laki. Bayi ini lahir di tengah rendahnya budaya jahiliyah Arab yang menilai wanita sebagai makhluk pembawa sial dan memalukan.
Ketika Khadijah tersadar dari pingsannya, tidak ada seorang pun di kamar itu, selain dirinya dan seorang bayi perempuan yang lembut, cerah dan bercahaya. Khadijah sadar, Allah swt menganugerahkan seorang bayi perempuan bagi keluarga Muhammad Saw.
Kelahiran Fathimah bagi Rasulullah bak hembusan angin sepoi-sepoi di tengah terik panasnya udara Hijaz. Beliau seringkali mencium Fathimah, sebagai bukti kecintaannya. Rasulullah hendak menyatakan kepada dunia bahwa perempuan bukan sumber malapetaka. Lebih dari itu, kedudukan agung Fathimah di sisinya merupakan sebuah manifestasi seorang manusia sempurna.
Khadijah merasakan Fathimah menyertainya dalam mengarungi hidup, melebihi sosoknya sebagai anak. Di buaian Khadijah, Fathimah mengenal ketauhidan lebih dalam, dan merasakan bahwa seorang anak bisa menyerahkan segalanya di sisi Tuhan. Harapan besar seorang wanita, nampak kecil di mata Fathimah.
Bagi Fathimah, peran Khadijah adalah lembaran sejarah Islam. Pengorbanan Khadijah tiada bandingannya dalam sejarah. Fathimah adalah cerita indah tentang perjuangan seorang ibu di jalan Tuhan. Setiap kali kita melihat sosok ibu, kita membuka lembaran baru kehidupan Muhammad dan Khadijah.
Di sisi lain, detak jantung Fathimah memberikan pesan, sekaligus menebarkan harum kehidupan dalam diri sang ayah. Sejak kecil, Rasulullah mengajarkan perjuangan menyelamatkan dunia ini kepada putrinya. Fathimah terbiasa dengan berbagai masalah besar. Ia mengarungi bukit terjal kehidupan dan mencapai puncak kesempurnaan yang tidak bisa dicapai oleh perempuan lainnya.
Sayyidah Fathimah terlahir di saat ujian besar melanda. Kehidupannya yang kaya makna dipenuhi pelajaran berharga. Para psikolog menilai makna kehidupan sebagai faktor utama dalam melanjutkan kehidupan dengan bahagia. Bisa dikatakan, kira-kira seluruh manusia meyakini adanya sesuatu atau seseorang yang paling berharga dalam kehidupannya. Sebuah survei yang dilakukan di Perancis menyebutkan bahwa 89 persen responden menyakini bahwa manusia memerlukan sesuatu yang membuatnya bertahan hidup. 61 persen lainnya menilai adanya sesuatu atau seseorang dapat memberikan makna bagi kehidupannya.
Viktor Frankl dalam bukunya, ‘Manusia Mencari Makna' mengungkapkan kehidupannya di sebuah kamp konsentrasi di Jerman di saat perang Dunia II meletus. Setelah menjelaskan kesulitan yang dihadapi para tahanan yang nyaris menghantarkan mereka diambang kematian, ia menyimpulkan bahwa orang yang selamat jiwanya dari penderitaan tersebut adalah orang yang menyelami makna hidup.
Bagi setiap orang, makna hidup ini memiliki beragam bentuk. Bisa berbentuk wanita, anak, tanah bahkan uang. Namun di luar itu, faktor paling bermakna dalam kehidupan manusia adalah keimanan kepada Allah swt. Dengan kesadaran ini, kita memberikan makna terhadap seluruh peristiwa dalam kehidupan ini. Pohon keimanan menghasilkan buah ketentraman dan ketenangan hati. Kehidupan Siti Fathimah dipenuhi keimanan kepada Allah swt. Rasulullah Saw bersabda: "Allah menganugerahkan hati dan anggota badan Fathimah dengan keimanan." Dengan demikian, ia layak menyandang gelar sebagai penghulu para wanita di dunia dari awal hingga akhir.
Suatu hari, Salman, salah seorang sahabat Rasulullah Saww mengantar Fathimah hingga rumahnya. Di tengah perjalanan, Salman berkata, "Aneh, ketika para putri raja mengenakan sutra mahal dan lembut, Fathimah putri manusia paling agung sedunia hanya mengenakan kain kasar. Sesampainya di rumah Rasulullah, Fathimah berkata kepada ayahnya, "Ayahanda, Salman heran melihat baju yang aku kenakan. Rasulullah menjawab, wahai Salman, putriku orang yang paling dulu menuju Allah."
Suatu hari, Siti Fathimah bersama Ali as menghadap Rasulullah Saw dan memohon diberikan pembantu untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Rasulullah bertanya, "Apakah engkau tidak menghendaki sesuatu yang lebih baik dari seorang pembantu?" Kemudian, Rasulullah mengajarkan tasbih setelah shalat yang terkenal dengan nama tasbih az-Zahra. Pengaruhnya begitu dalam terbenam di hati Fathimah, sehingga kesulitan yang dihadapinya terasa mudah. Sejatinya, ketawakalan Siti Fathimah terhadap Allah swt merupakan modal terbaik menjalani hidup. Kehidupan Fathimah dipenuhi pelajaran berharga bagi umat manusia.

Suatu hari, Imam Ali as menyaksikan istrinya, Sayyidah Fathimah memberikan makanannya kepada anak-anak yang kelaparan, dan membiarkan dirinya kelaparan. Imam Ali bertanya mengapa tidak mengatakan padaku untuk menyediakan makananmu? Fathimah menjawab: "Aku menyerahkan segalanya pada Allah swt, aku tidak bisa mengharapkan sesuatu yang berada di luar kemampuanmu."


Dr. Farahmandpour, dosen Universitas Tehran mengatakan, "Manusia dilihat secara mekanis dalam literatur sosiologi modern. Dengan kacamata ini, tokoh agama hanya dilihat agama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, hubungan mereka dengan agama akan berubah, jika kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Padahal dalam budaya Islam, ada manusia-manusia besar yang bisa menjalankan agama dalam kehidupannya. Mereka pun menjadi suri tauladan dalam menjalani hidup ini. Kehidupan mereka merupakan contoh menuju puncak kesempurnaan. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara wanita dan pria. Untuk itu, keliru besar jika melihat kesempurnaan dengan membedakan antara pria dan wanita. Dengan demikian, kesempurnaan Sayyidah Fathimah menjadi contoh bagi umat manusia, baik wanita maupun pria."

Dalam peristiwa Mubahalah antara Rasulullah dengan Rahib Kristen, Nabi Muhammad Saww membawa Siti Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husein sebagai orang yang paling mulia di hadapan Rasulullah.
Dr. Farahmandpour mengungkapkan, Sayyidah Fathimah as memiliki dua dimensi besar yaitu dimensi transenden (malakuti) dan dimensi bumi (mulki). Pada dimensi transenden, keagungan Fathimah tidak nampak jelas dalam pandangan kita. Namun, pada dimensi bumi, Fathimah adalah manusia ideal. Ia mengerahkan segenap kekuatan dirinya untuk mewujudkan masyarakat yang bersih dan adil. Wanita agung ini berupaya menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan individu dan sosial masyarakat. Fathimah bangkit demi menegakan pemerintahan yang saleh. Di mata Fathimah, manusia bisa menjalani kehidupan adil dalam pemerintahan yang saleh.
Fathimah hidup zuhud dan takwa, meski dipenuhi fasilitas dan potensi yang besar. Ia rela menderita lapar demi membantu orang miskin. Benar, Sayyidah Fathimah adalah contoh bagi seluruh umat manusia.

Salam bagi wahai wanita teragung di dunia. Salam bagimu, putri baginda Rasulullah, Fathimah Zahra. Salam bagi para pengikut Fathimah di seluruh penjuru dunia.

..CeBisAn Kalam Iblis Laknatullah..


Subhanallah!
Inilah sedikit Kalam Iblis yg hamba paparkan… PENCINTA TUHAN YG SETIA! Merasakan juga KEPEDIHAN yg sedang DIDERITAI oleh sang KEKASIH! Iblis menggambarkan dirinya sebagai pencinta setia yg kecemburuan melarangnya utk memberi penghormatan kpd SAINGANnya. Pada dasarnya ia menyatakan, penolakannya utk memuliakan Adam itu merupakan pernyataan bahawa ia TIDAK AKAN MENYEMBAH KPD SESUATU, melainkan Allah. Dia menderita kutukan itu lebih baik drpd MEMBAHAYAKAN KEESAAN TUHAN! Kerana sifat dasarnya baik, maka KETIDAK-PATUHANNYA itu hanya merupakan penolakan sementara yg timbul dari keangkuhannya. IBLIS – KAFIR YG TIDAK MENYEMBAH BERHALA! Iblis yg mengaku mengetahui RAHSIA (Sirrul Qadar), mengatakan bahawa tidak mungkin baginya utk melaksanakan suatu perintah yg secara abadi telah Tuhan kehendaki dan tetapkan bahawa dia akan mengingkarinya. SAMADA SUKA ATAU TIDAK… KENA TEMPUH JUGA! Ini yg dikatakan biar lautan api sekali pun, akan tetap ku harungi… Biar pun aku diazab dgn api Neraka, tetapi tetap merasa nikmat kerana aku DIBAKAR DGN API KECINTAAN (Bertulangkan Pencinta Tuhan Yg Setia) MEMBAKAR KESELURUHAN JIWAKU utk DIA! Illahi Anta Maqsudi Waridho Ka Matlubi...! Ketika Nabi Nuh a.s. naik kapal, Iblis ikut bergantung di kapalnya. Nabi Nuh a.s. bertanya, “Siapakah engkau?” Iblis menjawab, “Aku Iblis!” Nabi Nuh a.s. bertanya lagi, “Apa yang engkau inginkan?” Iblis menjawab, “Mintakanlah kepada Tuhan mu permohonan taubat untuk ku.” Lalu Allah S.W.T. mewahyukan kepada Nabi Nuh a.s. bahawa taubat Iblis akan diterima jika ia mahu ziarah ke makam Nabi Adam a.s. dan sujud di situ. Saat Nabi Nuh a.s. memberitahukan hal tersebut kepada Iblis, iblis berkata, “Aku TIDAK SUJUD kepadanya pada saat ia hidup, bagaimana mungkin aku SUJUD KEPADANYA SESUDAH IA MATI?” SUBHANALLAH ! Allah S.W.T. sama sekali melarang mengada-adakan Rabbaniah... SUJUD pada manusia, pada makam-makam (kuburan) dan mencari dan mengharap akan kemuliaan-kemuliaan. Faham betul-betul akan kenyataan ini... KEMULIAAN YANG DILUPAKAN... Malaikat Israfil melihat catatan ibadah hamba di Lauh al-Mahfudh. Hamba itu beribadah kepada Allah S.W.T. selama 80,000 tahun, tapi Allah S.W.T. menolak ibadahnya dan melaknatnya. Melihat hal itu, Israfil menangis kerana takut jika hamba itu dirinya. Ia ditanya Malaikat lain apa yang menyebabkannya menangis. Ia pun menceritakan apa yang dilihatnya. Mendengar penuturannya, semua Malaikat menangis. Mereka takut jika hamba itu mereka. Lalu, mereka berkata, “Mari kita pergi ke Azazil (nama Iblis) dan memintanya mendoakan kita kerana ia adalah Malaikat yang doanya DIKABULKAN.” Mereka pergi menemui Azazil dan menceritakan kejadianitu. Lalu, Azazil berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau marah kepada mereka.” Azazil mendoakan mereka namun LUPA mendoakan dirinya sendiri. Ia tidak berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau marah kepada kami.” Dikatakan bahawa di pintu Syurga Iblis melihat tulisan yang menerangkan ada HAMBA yang diperintah melakukan sesuatu tetapi tidak melaksanakannya. Iblis berkata, “Ya Rabb, izinkan aku untuk melaknatnya.” Iblis pun melaknatnya selama 1,000 tahun. Tidak terlintas di benak Iblis rasa takut bahawa HAMBA ITU ADALAH DIRINYA! SUBHANALLAH ! Kita MENCINTAI Allah, bila Allah HADIR kita akan MERASAINYA! Jika kita mencintai kurnia, bila Allah hadir... kita TIADA RASA. Sebab, kita cintakan kurniaan.... “Segala yang ada di langit dan di bumi tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Dialah sahaja yang menguasai dan memiliki langit dan bumi; Ia menghidupkan dan mematikan; dan Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; dan Yang Dzohir serta Yang Batin; dan Dialah Yang Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam di atas Arasy; Ia mengetahui apa yang masuk ke bumi serta apa yang keluar daripadanya; dan apa yang diturunkan dari langit serta apa yang naik padanya. Dan Ia tetap bersama-sama kamu di mana sahaja kamu berada dan Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. Dialah sahaja yang menguasai dan memiliki langit dan bumi; dan kepada Allah jualah dikembalikan segala urusan. Dialah yang memasukkan waktu malam ke dalam waktu siang; dan memasukkan waktu siang ke dalam waktu malam (silih berganti); dan Dialah yang Maha Mengetahui akan segala (isi hati) yang terkandung di dalam dada. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan belanjakanlah (pada jalan kebaikan) yang dijadikannya kamu menguasainya sebagai wakil. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu serta mereka membelanjakan (sebahagian dari harta itu pada jalan Allah), mereka tetap beroleh pahala yang besar.”

[QS. Al-Hadiid : 1 – 7]
Dipetik dari karangan TAZKEERAH TASAUF - Kalam IBLIS - Dalam Menghampiri Lembah TAA HAA ( ) ( . ) ( l )...

Amir bin Syurahabil Asy-Sya’bi

Selang enam tahun setelah masa khalifah Al-Farruq, lahirnya seorang bayi dari seorang muslim. Tubuhnya begitu kurus dan mungil. Karena saudara kembarnya lebih banyak mendapatkan jatah di rahim ibunya sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan tubuhnya. Namun, kelak tak ada yang mampu menyamainya baik saudara kembarnya ataupun orang lain dalam hal ilmu. Dialah Amir bin Syurahabil Al-Humairi yang lebih dikenal dengan panggilan Asy-Sya’bi, seorang tokoh muslimin pada zamannya.

Beliau lahir dan dibesarkan di Kufah. Akan tetapi kota Madinah Al-Munawarah merupakan kota yang menjadi idamannya. Beliau sering mondar mandir ke sana untuk menuntut ilmu dari para sahabat Rasulullah saw, sebagaimana para sahabat juga sering berpergian ke Kufah yang menjadi pangkalan untuk jihad fii sabilillah maupun tempat untuk bermukim.

Beliau mendapat kesempatan untuk bertemu sebanyak kurang lebih 500 sahabat yang mulia. Beliau meriwayatkan dari sahabat-sahabat utama seperti Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqash, Zaid bin Tsabit, Ubadah bin Shamit, Abu Musa Al-Asy’ari, Abu Sa’id Al-Khudri, Nu’man bin Basyir, Abdullah bin Basyir, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Adi bin Hatim, Abu Hurairah, Ummul Mukminin Aisyah dan lain-lain.

Asy-Sya’bi dikenal sebagai pemuda yang cerdas, lembut hatinya, tajam analisanya, bagus pemahamannya dan kuat daya hafal serta ingatannya. Diriwayatkan bahwa dia berkata, “Tiada aku menulis dilembaran putih atau aku dengar hadits dari seseorang melainkan aku mampu menghafalnya, dan tiada pernah aku mendengar perkataan dari orang melainkan aku tak ingin mengulangi ucapannya.”

Sungguh pemuda ini sangat gemar berkutat dengan ilmu, walaupun untuk memenuhi rasa ingin tahunya itu dia harus menempuh kesulitan dan biaya yang mahal. Dia menjalaninya dengan senang hati, seperti yang beliau katakan, “Seandainya ada orang yang pergi dari ujung Syam sampai ke ujung Yaman lalu dia menghafalkan satu kalimat saja yang bermanfaat bagi dirinya, maka sungguh perjalanannya tak sia-sia.”

Sungguh sampailah beliau pada tingkatan ilmu seperti yang beliau katakan, “Yang paling sedikit dari yang aku pelajari adalah kata-kata sya’ir. Namun seandainya aku mau membacakan sya’ir-sya’ir yang aku ketahui, tentu akan memakan waktu sebulan penuh tanpa mengulang-ulang yang sudah aku sebutkan.”

Telah disediakan kesempatan bagi beliau untuk mengisi suatu halaqah ilmu di masjid jami’ Kufah, di mana para pengikutnya berkumpul dalam kelompok-kelompok. Padahal waktu itu masih banyak sahabat Rasulullah saw. yang hidup dan mondar-mandir di tengah-tengah ummat Islam.

Bahkan kali Abdullah bin Umar mendengarkan asy-Sya’bi bercerita dengan rinci tentang sejarah peperangan. Demikian mengagumkan hingga Ibnu Umar berkata, “Aku hadir dan mendengarkannya dengan telingaku sendiri apa yang dikisahkan oleh asy-Sya’bi, sungguh dia lebih baik periwayatannya dariku.”

Bukti-bukti akan keluasan ilmu asy-Sya’bi dan ketajaman ingatannya sangat banyak, diantaranya adalah kisah yang beliau ceritakan sendiri:

“Telah datang kepadaku dua orang yang saling membanggakan kaumnya. Yang satu dari Bani Amir dan satunya dari Bani Asad. Orang dari Bani Amir unggul atas lawannya dan berlaku kasar dengan menyeret orang dari Bani Asad tersebut ke hadapanku. Sementara yang diseret dengan lemah mengatakan, ‘Lepaskan aku…lepaskan aku..’!”

Namun dia berkeras dan berkata, “Tidak akan kulepas sebelum diakui oleh Asy-Sya’bi bahwa kemenangan ada dipihakku.” Selanjutnya aku berkata kepadanya, “Lepaskan dulu kawanmu itu baru kalian aku adili.”

Terhadap orang Bani Asad aku katakan, “Mengapa engkau merasa lemah dan kalah di hadapannya? Sesungguhnya kalian Bani Asad memiliki enam kebanggaan yang tak dimiliki oleh bangsa-bangsa Arab yang lain.

Pertama, di kalangan kalian ada seorang wanita yang dipinang oleh manusia yang paling mulia, Muhammad saw, bahkan Allah sendiri yang menikahkannya dari atas langit-Nya yang ketujuh dan mengirimkan utusan Jibril untuk keduanya. Dialah Ummul Mukminin Zaenab binti Jahsy. Inilah kebanggaan pertama bagi kaummu yang tak dimiliki bangsa Arab lainnya.

Kedua, di antara kaum kalian ada seorang penduduk surga yang berjalan di atas muka bumi, yaitu Ukasyah bin Mihshan. Padahal tidak ada hal seperti itu pada bangsa-bangsa Arab selain kalian wahai Bani Asad.

Ketiga, panji Islam pertama telah diserahkan kepada salah seorang dari kaum kalian, yaitu Abdullah bin Jahsy.

Keempat, hasil ghanimah pertama yang dibagi-bagikan dalam Islam adalah hasil ghanimahnya.

Kelima, sahabat pertama yang mengikuti bai’atur ridhwan adalah dari kaum kalian juga. Ketika kawan kalian Abu Sinan bin Wahab mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, ulurkan tangan Anda, aku akan membai’at Anda.”

Nabi, “Ba’iat atas apa?”

Abu Sinan, “Atas apa yang ada di hati Anda.”

Abu Sinan, “Yakni menang atau mati syahid.”

Nabi, “Benar.”

Kemudian orang-orang membai’at nabi seperti seperti bai’atnya Abu Sinan.

Keenam, bahwa Bani Asad adalah sepertujuh dari muhajirin yang turut dalam perang Badar.” Mendengar uraian di atas, orang dari Bani Amir terkejut dan terdiam.

Tidak diragukan lagi, dalam masalah ini asy-Sya’bi ingin membela pihak yang lemah yang dikalahkan oleh kaum yang kuat. Seandainya orang dari Bani Amir yang kalah, tentu asy-Sya’bi akan menyebutkan pula kebaikan-kebaikan kaumnya yang tak diketahui keduanya.

Tatkalah tampuk khilafah beralih ke tangan Abdul Malik bin Marwan, amirul mukminin menulis surat kepada gubernurnya di Irak, Hajjaj bin Yusuf, “Hendaknya engkau mengirim kepadaku seorang yang mahir dalam agama dan dunia, yang akan aku jadikan sebagai teman dan pendampingku.”

Lalu diutuslan Asy-Sya’bi dan amirul mukminin berkenan menjadikannya sebagai pendamping dan memanfaatkan ilmunya ketika menghadapi kesulitan, memakai pandangannya setiap kali membutuhkan dan menjadikan dia sebagai utusannya untuk bernegoisasi dengan raja-raja di muka bumi.

Suatu kali Asy-Sya’ diutus untuk urusan penting menemui Justinian kaisar Romawi. Setibanya beliau di Romawi dan setelah memberikan keterangan, kaisar Romawi kagum akan kecerdasan dan kelihaiannya, serta takjub akan keluasan wawasan dan kekuatan daya tangkapnya.

Dia bahkan meminta kesediaan Asy-Sya’bi untuk memperpanjang kunjungannya sampai beberapa hari, sesuatu yang tidak pernah dilakukan kaisar terhadap para utusan yang lain.

Ketika Asy-Sya’bi mendesak agar segera diizinkan pulang ke Damaskus, Justinian bertanya, “Apakah Anda dari keterunan raja?” Beliau menjawab, “Tidak, saya seperti umumnya kaum muslimin.”

Setelah beliau diijinkan pulang, kaisar berkata, “Jika Anda telah sampai kepada Abdul Malik bin Marwan dan menyampaikan apa yang kehendakinya, berikan surat ini kepadanya.

Setibanya Asy-Sya’bi di Damaskus, beliau bersegera menghadap khalifah Abdul Malik untuk melaporkan apa yang dia lihat dan dia dengar. Ketika hendak beranjak pulang, beliau berkata, “Wahai amirul mukminin, kaisar Romawi juga menitipkan surat ini untuk Anda,” kemudian beliau pulang.

Ketika amirul mukminin membaca surat tersebut, beliau berkata kepada pembantunya, “Panggillah Asy-Sya’bi kemari.” Maka Asy-Sya’bi kembali menghadap khalifah.

Khalifah, “Tahukan Anda, apakah isi surat ini?”

Asy-Sya’bi, “Tidak wahai amirul mukmin.”

Khalifah, “Kaisar Romawi itu berkata, ‘Saya heran kenapa orang Arab mau mengangkat raja selain orang ini (asy-Sya’bi)’?”

Asy-Sya’bi, “Dia berkata demikian karena belum pernah berjumpa dengan Anda. Andai saja dia pernah melihat Anda, tentulah dida tak akan berkata demikian.”

Khalifah, “Tahukah Anda, mengapa kaisar menulis surat seperti ini?”

Asy-Sya’bi, “Tidak wahai amirul mukmin.”

Khalifah, “Dia menulis surat seperti itu karena iri kepadaku lantaran memiliki pendamping sepertimu, lalu dia hendak memancing kecemburuanku sehingga aku akan menyingkirkan dirimu.”

Ketika pernyataan Abdul Malik ini sampai ketelinga Justinian, dia berkata, “Demi Allah, memang tidak ada maksud dariku selain itu.”

Asy-Sya’bi mampu meraih derajat ilmu yang setara dengan para ulama pada zamannya. Az-Zuhri berkata, “Sesungguhnya ulama itu ada empat, yaitu Sa’id bin Musayyab di Madinah, Amir bin Syurahabil di Kufah, Hasan Al-Bashri di Bashrah dan Makhul di Syam.”

Hanya saja karena sifat tawadhu’, beliau tidak suka bila ada yang menyebutnya alim (orang yang berilmu). Pernah salah seorang dari kaumnya berkata, “Jawablah wahai faqih, wahai ‘alim!” beliau berkata, “Janganlah memujiku dengan apa yang tidak ada padaku. Orang yang faqih adalah orang yang benar-benar menjauhi segala yang diharamkan Allah dan orang alim adalah orang yang takut kepada Allah. Manalah aku termasuk di dalamnya?”

Suatu ketika beliau ditanya tentang suatu masalah, beliau menjawab, “Umar bin Khathab berkata begini, Ali bin Abi Thalib berkata begini.” Maka penanya berkata, “Maka bagaimana pendapat Anda wahai Amru?”

Beliau tersenyum malu dan berkata, “Apa pula pentingnya kata-kataku bagimu padahal Anda sudah mendengar pendapat Umar dan Ali?”

Di samping itu, Asy-Sya’bi menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang utama. Beliau tidak suka debat kusir dan berusaha menjauhkan diri dari pembicaraan-pembicaraan yang tak bermanfaat. Suatu kali sahabatnya berkata, “Wahai abu Amru!”

Beliau berkata, “Labbaik.” Orang itu bertanya, “Bagaimana pendapat Anda tentang perbincangan orang berkenaan dua orang itu?” beliau berkata, “Dua orang yang mana?” Dia menjawab, “Utsman dan Ali.”

Beliau berkata, “Demi Allah, aku tidak ingin pada hari kiamat nanti menjadi musuh bagi Utsman bin Affan dan Ali bin Thalib.”

Sungguh telah terkumpul pada diri Asy-Sya’bi antara ilmu dan kelapangan dada. Diriwayatkan bahwa ada seseorang yang menuduh beliau dengan tuduhan yang keji dan memaki dengan kata-kata kotor, namun tiada yang dikatakan Asy-Sya’bi selain kalimat, “Jika memang apa yang Anda tuduhkan kepada saya itu benar, mudah-mudahan Allah mengampuni saya. Namun jika memang tuduhanmu dusta, maka semoga Allah mengampunimu.”

Beliau tidak segan-segan menerima ilmu dari orang-orang yang masih pemula kendati beliau telah masyhur akan keutamaan, ma’rifah dan hikmah-hikmahnya.

Pernah suatu ketika ada orang dusun yang selalu rajin mendatangi majelisnya, tetapi orang ini banyak diamnya, sehingga suatu kali Asy-Sya’bi menegurnya, “Mengapa engkau tak pernah bicara?”

Dia berkata, “Ketika aku diam maka aku selamat, ketika aku mendengar maka aku mendapat ilmu. Hasil dari telinga akan kembali kepada dirinya sendiri, sedangkan hasil lisan akan berpindah ke orang lain.” Sejak itu kalimat orang dusun itu selalu beliau ulang-ulang dalam hidupnya.

Meski demikian sempurna dan ketinggian kedudukannya dalam hal ilmu dan agama, Asy-Sya’bi juga mampu berbicara dalam bahasa yang mudah dipahami dan enak didengar. Sesekali beliau juga bercanda selagi masih dalam batas diperbolehkan dan bermanfaat.

Suatu ketika, datanglah seseorang kepada beliau yang tengah duduk bersama istrinya. Orang itu bertanya, “Siapa diantara kalian yang dipanggil Asy-Sya’bi?’ beliau menjawab, “Ini dia” beliau menunjuk istrinya. Yang lain lagi bertanya, “Siapa nama istri iblis itu?” Beliau menjawab, “Kami tidak menghadiri pesta pernikahannya.’

Barangkali ungkapan yang paling pas untuk menggambarkan karakter asy-Sya’bi adalah pengakuan beliau, “Tak pernah aku bangun dari tempat dudukku untuk melakukan sesuatu agar dilihat oleh semua orang, tak pernah aku memukul budakku dan tak pernah kubiarkan sanak keluargaku meinggal dengan membawa hutan gmelainkan kebanyakan.”

Usia Asy-Sya’bi mencapai lebih dari 80 tahun. Ketika berita tentang wafatnya sampai kepada Hasan Al-Bashri ulama Bashrah, beliau berkata, “Semoga Allah merahmati beliau, sunggu beliau memiliki ilmu yang luas, lapang dada dan memiliki kedudukan yang tinggi dala Islam.

Diadaptasi dari Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya, Shuwaru min Hayati at-Tabi’in, atau Mereka Adalah Para Tabi’in, terj. Abu Umar Abdillah (Pustaka At-Tibyan, 2009), hlm. 1511-160

17 October 2011

~Indahnya Jodoh Dari Allah~


Jodoh tiada kaitan dengan keturunan. Hanya belum sampai masanya. Ia bagai menanti jambatan untuk ke seberang.
Kalau panjang jambatannya jauhlah perjalanan kita,disepanjang jambatan ia dipenuhi dengan cabaran dan dugaan. Ada org jodohnya cepat sebab jambatannya singkat.
Usia 25 tahun rasanya belumlah terlalu lewat dan usia 35 tahun belum apa2 kalau sepanjang usia itu telah digunakan untuk membina kecemerlangan. Nyatakanlah perasaan dan keinginan kita itu dalam doa2 selepas sembahyang. insyallah Allah mendengar.

Wanita baik untuk lelaki yang baik, sebaliknya wanita jahat untuk lelaki yang jahat. Biar lambat jodoh asalkan mendapat Mr Right & Mrs Right dan biar seorang diri drpd menjadi mangsa lelaki @ wanita yang tidak beriman kemudian nanti.

Memang kita mudah tersilap mentafsir kehidupan ini. Kita selalu sangka, aku pasti bahagia kalau mendapat ini. Hakikatnya, apabila kita benar2 mendapat apa yang kita inginkan itu, ia juga dtg bersama masalah.

Kita selalu melihat org memandu kereta mewah dan terdetiklah di hati kita, bahagianya org itu. Hakikatnya apabila kita sendiri telah memiliki kereta mewah kita ditimpa pelbagai kerenah. Tidak mustahil pula org yang memandu kereta mewah (walaupun sebenarnya tak mewah) terpaksa membayar lebih tatkala berhenti untuk membeli durian di tepi jalan. Orang lain membeli dengan harga biasa, dia terpaksa membayar berlipat ganda.

Ketika anda terperangkap dalam kesesakan jalan raya, motosikal mencelah-celah hingga mampu berada jauh di hadapan. Anda pun mengeluh, alangkah baiknya kalau aku hanya menunggang sebuah motosikal seperti itu dan cepat sampai ke tempat yang dituju. Padahal si penunggang motosikal mungkin sedang memikirkan bilakah dia akan memandu kereta di tgh2 bandar raya.

Bukan semua yang anda sangka membahagiakan itu benar2 membahagiakan. Bahagianya mungkin ada tapi deritanya juga datang sama. Semua benda, pasti ada baik buruknya.

Demikian juga perkahwinan. Ia baik sebab ia dibenarkan oleh agama, sunnah Nabi, sebagai saluran yang betul untuk melepaskan shahwat di samping membina sahsiah dan sebagainya, tapi ia juga buruk sebab ramai org yang berkahwin hidupnya semakin tidak terurus.

Ramai orang menempah neraka sebaik sahaja melangkahkan kaki ke alam berumahtangga. Bukankah dengan ijab dan Kabul selain menghalalkan hubungan, tanggungjawab yang terpaksa dipikul juga turut banyak? Bukankah apabila anda gagal melaksanakannya, anda membina dosa seterusnya jambatan ke neraka?

Berapa ramaikah yang menyesali perkahwinan masing2 padahal dahulunya mereka bermati-matian membina janji, memupuk cinta kasih malah ada yang sanggup berkorban apa sahaja asalkan segala impian menjadi nyata?

Jika tidak sanggup untuk bergelar isteri tidak usah berkahwin dulu. Jika merasakan diri belum cukup ilmu untuk bergelar ibu ataupun ayah, belajarlah dulu. Jika rasa2 belum bersedia untuk bersabar dgn kerenah anak2, carilah dulu kesabaran itu.
Jangan berkahwin dahulu sebab
kenyataannya ramai yang tidak bersedia untuk melangkah tetapi telah melompat, akhirnya jatuh terjerumus dan tidak jumpa akar berpaut tatkala cuba mendaki naik.

Berkahwin itu indah dan nikmat bagi yang benar2 mengerti tuntutan2nya.. Berkahwin itu menjanjikan pahala tidak putus2 bagi yang menjadikannya gelanggang untuk mengukuhkan iman, mencintai Tuhan dan menjadikan syurga sebagai matlamat. Berkahwin itu sempadan dari ketidaksempurnaan insan kepada kesempurnaan insan - bagi yang mengetahui rahsia2nya.

Berkahwinlah anda demi Tuhan dan Nabi-Nya, bukan berkahwin kerana perasaan dan mengikut kebiasaan. Jodoh usah terlalu dirisaukan, tiba masanya ia akan datang menjemput, namun perlu juga anda membuka lorong2nya agar jemputan itu mudah sampai dan tidak terhalang. "

Seorang teman pernah berpesan..

"Kadang2 Allah sembunyikan matahari..
Dia datangkan petir dan kilat..
kita menangis dan tertanya-tanya,
kemana hilangnya sinar..
Rupa2nya.. Allah nak hadiahkan kita pelangi.." "

`Cinta yang disemadikan tidak mungkin layu selagi adanya imbas
kembali. Hati yang remuk kembali kukuh selagi ketenangan dikecapi.
Jiwa yang pasrah bertukar haluan selagi esok masih ada. Parut yang
lama pastikan sembuh selagi iman terselit didada...`

Usahlah memandang semua dgn pandangan mata semata-mata, tetapi pandanglah dgn pandangan hati....kita bukan saja dpt melihatNya dimana-mana tetapi dpt merasa rahmat kurniaanNya juga.... semoga Allah mempermudahkan Jodoh kita semua... Amin..:-)

08 October 2011

Hidupku Hanya Untukmu


Saya adalah seorang perempuan yang sedang mencari makna hidup, erti nafas, yang sedang belajar mencari erti kehadiran demi kehadiran dan kepergian demi kepergian… Saya adalah perempuan di kebun hikmah yang tidak memiliki apa yang seharusnya saya miliki karena pecinta ILLAHI konon hanya ingin memiliki dan dimiliki ALLAH, ingin menjadi TIADA hingga bertahta ALLAH saja, hingga tinggal jiwa sederhana tanpa berbalut dunia. Saya adalah perempuan yang sedang mencuba belajar tentang erti IKHLAS, erti SABAR, erti MENCINTAI dan DICINTAI, erti MEMAAFKAN, erti TAWAKAL, erti TIADA-ADA-TIADA, bukankah tak ada yang abadi dibumi ini, bahagia tak abadi, derita pun tak abadi, dan insya ALLAH apa yang saya tulis disini bisa memberi sedikit pelajaran untuk mencintai dan mengubati luka sekaligus dan yang pasti saya sedang mencari ridho ILLAHI pemilik nafas saya agar ketika saya pulang, mudahlah sakaratul maut saya. Nobody ever can stop me writing… If there were no ink, I would use ash. If there were no ash, I would use stone. If there were no stone, I would use my sweats or my tears or my bloods… And if my hands were unable to write something anymore, I would beg ALLAH to allow me, to ask the sky, to ask the trees or the ocean to help me keep writing my ideas in their silence… Selamat berbagi hikmah di kebun saya ini, semoga memberi keteduhan dan kelembutan, semoga dapat mengubati luka, semoga dapat membuat senyum, dan semua yang indah datangnya dari ALLAH, dan yang salah datangnya dari saya, mohon maaf jika ada tulisan yang kurang berkenan dengan hati.. saya hanya manusia:)

04 October 2011

~Bila Al-Quran Berbicara~

Waktu engkau masih kanak-kanak………….

kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu’, Aku kau sentuh
dalam keadaan suci, Aku kau pegang
Aku,kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih atau pun keras setiap hari
Setelah selesai engkau menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa…………..
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku…
Apakah Aku bahan bacaan usang yang tinggal sejarah…?
Menurutmu, mungkin aku bahan bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau, menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji…….
Sekarang, Aku tersimpan rapi sekali;
sehingga engkau lupa di mana Aku tersimpan
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai pngisi setormu.

Kadang kala Aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau Aku kau buat penangkal untuk menakuti iblis dan syaitan
Kini Aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian , kesepian.
Di dalam almari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa
halaman.
Di waktupetang, Aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…..

Sekarang…seawal pagi sambil minum kopi…engkau baca surat khabar dahulu
Waktu lapang engkau membaca buku karangan manusia
Sedangkan Aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Azzawajalla,
Engkau engkau abaikan dan engkau lupakan…

Waktu berangkat kerja pun kadang engkau lupa baca pembuka
surah2ku(Bismillah).
Di dalam perjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat di dalam keretamu
Sepanjang perjalanan,radiomu selalu tertuju ke stasyen radio kesukaanmu
Mengasyikkan.

Di meja kerjamu tidak ada Aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku………
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatku pun kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan dunia mu
Benarlah dugaanku bahawa engkau kini sudah benar-benar hampir melupaiku

Bila malam tiba engkau tahan bersekang mata berjam-jam di depan TV.
Menonton siaran telivisyen
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu………
Aku semakin kusam dalam laci-laci mu
Mengumpul debu atau mungkin dimakan hama

Seingatku, hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku.
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terangkak-rangkak ketika membacaku
Atau waktu kematian saudara atau taulan mu

Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Apakah TV, radio ,hiburan atau komputer dapat menolong kamu?
Yang pasti ayat-ayat Allah s.w.t yang ada padaku menolong mu
Itu janji Tuhanmu, Allah s.w.t

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…
Dan akhirnya…..
kubur yang setia menunggu mu………..
Engkau pasti kembali, kembali kepada Tuhanmu

Jika Aku engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti….
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan.
Yang akan membantu engkau membela diri
Dalam perjalanan ke alam akhirat.
Dan Akulah “Al-Qur’an”,kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.

Peganglah Aku kembali.. .. bacalah aku kembali aku setiap hari.
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat-ayat suci.
Yang berasal dari Allah Azzawajalla
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah
Yang disampaikan oleh Jibril melalui Rasulmu
Keluarkanlah segera Aku dari almari, lacimu…….
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu.
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu.
Sentuhilah Aku kembali…

Baca dan pelajari lagi Aku….
Setiap datangnya pagi, petang dan malam hari walau secebis ayat
Seperti dulu…. Waktu engkau masih kecil
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan aku sendiri….
Dalam bisu dan sepi….

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...