19 October 2011

Sayyidah Fathimah as, Penghulu Wanita Dunia..


Alam semesta adalah manifestasi keberadaan Allah swt. Dengan kekuasaan-Nya, Allah menciptakan alam semesta ini. Namun, adakalanya karunia Tuhan dikhususkan kepada salah seorang makhluk. Salah satunya adalah keberadaan Fathimah sebagai manifestasi Tuhan di muka bumi dan ufuk ketauhidan.
Rasulullah Saww bersabda, "Fathimah adalah bagian dari darah dagingku. Ia adalah cahaya mataku, buah hatiku, ruh dan jiwaku. Fathimah adalah malaikat berbentuk manusia yang senantiasa beribadah. Allah swt berfirman kepada para malaikat, "Lihatlah hamba terbaik-Ku, Fathimah. Ia berdiri dihadapanku dengan penuh ketakutan, seluruh tubuhnya gemetar dan ia beribadah dengan ketulusan hati."
Siti Khadijah sibuk dengan belahan jiwanya. Dengan izin Allah, janin suci tumbuh dirahimnya. Ia adalah teman paling akrab bagi Khadijah. Di setiap detak jantungnya, Khadijah senantiasa berbicara dengan anaknya mengenai Rasulullah saww dan kesulitan yang dihadapi manusia agung ini dalam menjalankan risalah ilahi. Khadijah berkata, "Apakah bayi ini bisa menentramkan hati Rasulullah yang terkoyak, dan mendukungnya menghadapi musuh?
Waktu yang ditunggu telah tiba. Di saat-saat sulit itu, tidak ada seorangpun yang membantu Khadijah. Ia seorang diri menahan sakit. Tiba-tiba, ia merasakan dirinya menjadi orang yang paling menentukan bagi nasib seorang perempuan terbesar dalam sejarah keimanan dan ketauhidan di dunia.
Di tengah kesendiriannya, Khadijah didatangani tiga wanita agung, yaitu Siti Hajar, Siti Asiah dan Siti Maryam. Siti Khadijah merasakan kehadiran mereka di sekitarnya. Menakjubkan!. Para wanita mulia ini datang untuk membantunya. Beberapa saat kemudian, bayi putri ini lahir di tengah budaya patriarki yang menilai segala sesuatu di dunia dari kacamata laki-laki. Bayi ini lahir di tengah rendahnya budaya jahiliyah Arab yang menilai wanita sebagai makhluk pembawa sial dan memalukan.
Ketika Khadijah tersadar dari pingsannya, tidak ada seorang pun di kamar itu, selain dirinya dan seorang bayi perempuan yang lembut, cerah dan bercahaya. Khadijah sadar, Allah swt menganugerahkan seorang bayi perempuan bagi keluarga Muhammad Saw.
Kelahiran Fathimah bagi Rasulullah bak hembusan angin sepoi-sepoi di tengah terik panasnya udara Hijaz. Beliau seringkali mencium Fathimah, sebagai bukti kecintaannya. Rasulullah hendak menyatakan kepada dunia bahwa perempuan bukan sumber malapetaka. Lebih dari itu, kedudukan agung Fathimah di sisinya merupakan sebuah manifestasi seorang manusia sempurna.
Khadijah merasakan Fathimah menyertainya dalam mengarungi hidup, melebihi sosoknya sebagai anak. Di buaian Khadijah, Fathimah mengenal ketauhidan lebih dalam, dan merasakan bahwa seorang anak bisa menyerahkan segalanya di sisi Tuhan. Harapan besar seorang wanita, nampak kecil di mata Fathimah.
Bagi Fathimah, peran Khadijah adalah lembaran sejarah Islam. Pengorbanan Khadijah tiada bandingannya dalam sejarah. Fathimah adalah cerita indah tentang perjuangan seorang ibu di jalan Tuhan. Setiap kali kita melihat sosok ibu, kita membuka lembaran baru kehidupan Muhammad dan Khadijah.
Di sisi lain, detak jantung Fathimah memberikan pesan, sekaligus menebarkan harum kehidupan dalam diri sang ayah. Sejak kecil, Rasulullah mengajarkan perjuangan menyelamatkan dunia ini kepada putrinya. Fathimah terbiasa dengan berbagai masalah besar. Ia mengarungi bukit terjal kehidupan dan mencapai puncak kesempurnaan yang tidak bisa dicapai oleh perempuan lainnya.
Sayyidah Fathimah terlahir di saat ujian besar melanda. Kehidupannya yang kaya makna dipenuhi pelajaran berharga. Para psikolog menilai makna kehidupan sebagai faktor utama dalam melanjutkan kehidupan dengan bahagia. Bisa dikatakan, kira-kira seluruh manusia meyakini adanya sesuatu atau seseorang yang paling berharga dalam kehidupannya. Sebuah survei yang dilakukan di Perancis menyebutkan bahwa 89 persen responden menyakini bahwa manusia memerlukan sesuatu yang membuatnya bertahan hidup. 61 persen lainnya menilai adanya sesuatu atau seseorang dapat memberikan makna bagi kehidupannya.
Viktor Frankl dalam bukunya, ‘Manusia Mencari Makna' mengungkapkan kehidupannya di sebuah kamp konsentrasi di Jerman di saat perang Dunia II meletus. Setelah menjelaskan kesulitan yang dihadapi para tahanan yang nyaris menghantarkan mereka diambang kematian, ia menyimpulkan bahwa orang yang selamat jiwanya dari penderitaan tersebut adalah orang yang menyelami makna hidup.
Bagi setiap orang, makna hidup ini memiliki beragam bentuk. Bisa berbentuk wanita, anak, tanah bahkan uang. Namun di luar itu, faktor paling bermakna dalam kehidupan manusia adalah keimanan kepada Allah swt. Dengan kesadaran ini, kita memberikan makna terhadap seluruh peristiwa dalam kehidupan ini. Pohon keimanan menghasilkan buah ketentraman dan ketenangan hati. Kehidupan Siti Fathimah dipenuhi keimanan kepada Allah swt. Rasulullah Saw bersabda: "Allah menganugerahkan hati dan anggota badan Fathimah dengan keimanan." Dengan demikian, ia layak menyandang gelar sebagai penghulu para wanita di dunia dari awal hingga akhir.
Suatu hari, Salman, salah seorang sahabat Rasulullah Saww mengantar Fathimah hingga rumahnya. Di tengah perjalanan, Salman berkata, "Aneh, ketika para putri raja mengenakan sutra mahal dan lembut, Fathimah putri manusia paling agung sedunia hanya mengenakan kain kasar. Sesampainya di rumah Rasulullah, Fathimah berkata kepada ayahnya, "Ayahanda, Salman heran melihat baju yang aku kenakan. Rasulullah menjawab, wahai Salman, putriku orang yang paling dulu menuju Allah."
Suatu hari, Siti Fathimah bersama Ali as menghadap Rasulullah Saw dan memohon diberikan pembantu untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Rasulullah bertanya, "Apakah engkau tidak menghendaki sesuatu yang lebih baik dari seorang pembantu?" Kemudian, Rasulullah mengajarkan tasbih setelah shalat yang terkenal dengan nama tasbih az-Zahra. Pengaruhnya begitu dalam terbenam di hati Fathimah, sehingga kesulitan yang dihadapinya terasa mudah. Sejatinya, ketawakalan Siti Fathimah terhadap Allah swt merupakan modal terbaik menjalani hidup. Kehidupan Fathimah dipenuhi pelajaran berharga bagi umat manusia.

Suatu hari, Imam Ali as menyaksikan istrinya, Sayyidah Fathimah memberikan makanannya kepada anak-anak yang kelaparan, dan membiarkan dirinya kelaparan. Imam Ali bertanya mengapa tidak mengatakan padaku untuk menyediakan makananmu? Fathimah menjawab: "Aku menyerahkan segalanya pada Allah swt, aku tidak bisa mengharapkan sesuatu yang berada di luar kemampuanmu."


Dr. Farahmandpour, dosen Universitas Tehran mengatakan, "Manusia dilihat secara mekanis dalam literatur sosiologi modern. Dengan kacamata ini, tokoh agama hanya dilihat agama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, hubungan mereka dengan agama akan berubah, jika kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Padahal dalam budaya Islam, ada manusia-manusia besar yang bisa menjalankan agama dalam kehidupannya. Mereka pun menjadi suri tauladan dalam menjalani hidup ini. Kehidupan mereka merupakan contoh menuju puncak kesempurnaan. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara wanita dan pria. Untuk itu, keliru besar jika melihat kesempurnaan dengan membedakan antara pria dan wanita. Dengan demikian, kesempurnaan Sayyidah Fathimah menjadi contoh bagi umat manusia, baik wanita maupun pria."

Dalam peristiwa Mubahalah antara Rasulullah dengan Rahib Kristen, Nabi Muhammad Saww membawa Siti Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husein sebagai orang yang paling mulia di hadapan Rasulullah.
Dr. Farahmandpour mengungkapkan, Sayyidah Fathimah as memiliki dua dimensi besar yaitu dimensi transenden (malakuti) dan dimensi bumi (mulki). Pada dimensi transenden, keagungan Fathimah tidak nampak jelas dalam pandangan kita. Namun, pada dimensi bumi, Fathimah adalah manusia ideal. Ia mengerahkan segenap kekuatan dirinya untuk mewujudkan masyarakat yang bersih dan adil. Wanita agung ini berupaya menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan individu dan sosial masyarakat. Fathimah bangkit demi menegakan pemerintahan yang saleh. Di mata Fathimah, manusia bisa menjalani kehidupan adil dalam pemerintahan yang saleh.
Fathimah hidup zuhud dan takwa, meski dipenuhi fasilitas dan potensi yang besar. Ia rela menderita lapar demi membantu orang miskin. Benar, Sayyidah Fathimah adalah contoh bagi seluruh umat manusia.

Salam bagi wahai wanita teragung di dunia. Salam bagimu, putri baginda Rasulullah, Fathimah Zahra. Salam bagi para pengikut Fathimah di seluruh penjuru dunia.

No comments:

Post a Comment


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...